Sabtu, 09 Januari 2010

Kebahagiaan di Akhirat


Kebahagiaan di Akhirat sangat tergantung pada kebahagiaan di dunia, oleh karena itu orang yang punya nalar harus tahu bahwa kehidupan di dunia ini masih berhubungan dengan kehidupan di akhirat kelak. Yang ghoib dan yang tampak, dunia dan akhirat, kini dan esok, itu sebenarnya satu.

Ada yang mengira bahwa kehidupannya hanyalah kehidupan di dunia mengira tidak ada di akhirat, sebab itu banyak yang menimbun harta sebanyak-banyaknya untuk mencari keabadian dan hatinya sudah melekat dengan kehidupan yang fana ini tetapi tiba-tiba ia mati semua obsesi, angan-angan dan cita-citanya hanya menumpuk di dalam dada.

Ada tiga pertanyaan tentang hakikat :

Pertama, kapan memperkirakan akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman jika belum "ridha" dengan Rabb, dengan hukum-hukum, perbuatan-perbuatan, qadha' dan qadar-Nya. Ketenangan dan ketentraman dalam hidup ini sulit didapatkan jika belum ridha dengan rezeki dan karunia yang Allah berikan.
Kedua, Apakah telah mensyukuri semua nikmat, karunia dan berbagai kebaikan yang diberikan oleh Allah sehingga kini menuntut dan meminta yang lain? orang yang tidak mampu mensyukuri yang sedikit saja maka dia akan lebih tidak mampu untuk mensyukuri yang lebih banyak.
Ketiga, mengapa tidak mengambil faedah dari yang telah Allah karuniakan agar dapat mengembangkan, mengefektifkan, membersihkannya dari kekejian dan kotoran dan selanjutnya dapat memberi manfaat, kontribusi dan pengaruh dalam kehidupan ini?

Sifat-sifat terpuji dan karunia-karunia yang agung, sebenarnya ada di dalam akal dan jasad namun hal tersebut dilihat seperti barang tambang mahal yang terkubur didalam tanah, didalam perut bumi yang hingga kini belum ditemukan orang yang bisa menambangnya, untuk kemudian dapat dicuci dan dibersihkan agar menjadi cemerlang, berkilau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar