Kamis, 29 April 2010

Sebab-sebab Siksa Kubur


Siksa Kubur yang menimpa orang-orang kafir, musyrik, murtad, munafik dan fasik, tidaklah terjadi dengan sendirinya. Siksa Kubur hanyalah balasan sementara atas berbagai ucapan dan perbuatan jahat yang dilakukan oleh seorang hamba. Balasan berupa siksa yang sangat pedih tersebut merupakan sebuah bentuk keadilan dari Allah swt terhadap prilaku seorang hamba semasa hidup di dunia. Dalam ayat-ayat Al Qur'an dan hadits-hadits yang shahih dijelaskan berbagai jenis perbuatan yang menyebabkan seorang hamba terkena siksa kubur.

Perbuatan-perbuatan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Syirik dan Kufur.

Firman Allah swt :
"Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata, Telah diwahyukan kepada saya, padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata, Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah. Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata) : Keluarlah nyawamu ! Pada hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya." (QS. Al-An'am : 93)

2. Berkata dusta dan menyebarluaskan berita dusta.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa beliau bermimpi dibawa oleh dua malaikat untuk menyaksikan suasana alam kubur.
Sabda Rasulullah saw : "Kami pun berangkat, dan menemui seorang lelaki yang sedang berbaring. Tiba-tiba ada lelaki lain yang membawa jangkar besi. Ternyata ia mendekati salah satu pipinya dan membelah sudut mulut hingga ke belakang kepalanya, juga kedua matanya hingga ke belakang kepalanya. Lalu ia membelahnya menjadi dua. Kemudian ia menghadap ke bagian pipi sebelahnya dan memperlakukannya seperti pipi sebelumnya. Belum selesai ia melakukan perbuatannya itu, pipi yang pertama sudah pulih seperti sediakala. kemudian ia mengulangi perbuatannya itu." 

Setelah perjalanan bersama kedua malaikat itu selesai, keduanya menerangkan maksud pemandangan yang dilihat oleh Rasulullah saw. Kedua malaikat itu menjelaskan kepada beliau, "Adapun orang yang ujung mulutnya dibelah hingga ke kepala bagian belakang, dan dari matanya dibelah hingga ke kepala bagian belakang, adalah seorang laki-laki yang keluar dari rumah dengan menyampaikan kedustaan lalu disebarkan hingga mencapai berbagai penjuru tempat." (HR. Bukhari No. 6525)

3. Meninggalkan Shalat dan Hafalan Al-Qur'an.

Rasulullah saw bersabda : "Akupun berangkat bersama mereka berdua (malaikat). Tiba-tiba kami menemui orang yang sedang berbaring. Tiba-tiba pula ada orang lain yang berdiri di mukanya dengan membawa batu besar. Batu itu dihantamkan ke kepala orang tersebut, lalu menggelindinglah batu itu hingga terjatuh. Lalu ia mengambil batu itu, namun tidaklah dia mendatanginya, sehingga kepalanya utuh seperti semula. barulah ia mengulangi lagi perbuatannya seperti pertama."

Rasulullah saw melanjutkan : "Aku bertanya kepada mereka berdua, Subhanallah, apa arti semua ini?"

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah saw tentang berbagai ha aneh yang beliau lihat. Kedua malaikat itu menjawab, "Kami akan memberitahukanmu. Adapun lelaki pertama yang kita temui sedang dipecahkan kepalanya dengan batu, adalah orang yang mempelajari Al Qur'an kemudian ia menolak Al Qur'an dan ia juga orang yang meninggalkan shalat wajib." (HR Bukhari No. 6525)

4. Makan Riba.

Rasulullah saw bersabda : "Kami pun kembali berangkat hingga kami menjumpai sebuah sungai. Warna airnya merah seperti darah. Ternyata dalam sungai itu terdapat seorang lelaki yang sedang berenang. Tiba-tiba ada seorang lelaki lain di tepi sungai, dengan membawa batu dalam jumlah banyak. Ketika lelaki pertama sedang berenang, segera didatangi oleh lelaki yang membawa batu-batuan tadi, ia membuka mulutnya dan menjejalinya dengan satu batu, lalu lelaki itu kembali berenang, kemudian kembali lagi. Setiap kali ia kembali, iapun dijejali lagi dengan batu."

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah saw tentang hal tersebut : "Adapun orang yang berenang di sungai darah dan setiap kali ia menepi, mulutnya dijejali dengan batu, adalah orang yang memakan harta riba." (HR Bukhari No. 6525)

5. Melakukan Perbuatan Zina.

Rasulullah saw bersabda : "Maka kami pun kembali berangkat, hingga kami menjumpai tungku api. Di dalamnya terdapat keributan dan suara keras. Kami melongok ke dalam, ternyata terdapat kaum lelaki dan wanita telanjang. Tiba-tiba datanglah luapan api dari arah bawah mereka. Ketika api mendekati mereka, mereka berteriak keras."

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan, "Adapun kaum laki-laki dan wanita yang berada di atas tungku api adalah kaum laki-laki dan perempuan yang berzina." (HR Bukhari No. 6525)

6. Mengadu domba dan tidak bersuci sehabis buang air kecil.

Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata, "Suatu kali Nabi Muhammad saw berjalan melewati tembok kota Madinah, maka beliau mendengan suara dua orang yang disiksa di alam kubur. Beliau lantas bersabda, kedua orang mayat ini tengah diadzab. Keduanya diadzab bukan karena melakukan sebuah dosa yang besar (menurut pandangan mereka). namun memang keduanya adalah dosa besar (menurut Allah). Salah satu dari keduanya tidak bersuci setelah kencing, sedang orang yang satu lagi sering mengadu domba." (HR Bukhari No. 5595 dan Muslim No. 439)

7. Ghibah.

Ghibah adalah menggunjing dan membicarakan keburukan orang lain, di saat orang tersebut tidak berada di hadapannya.

Dari Abu Bakrah, ia berkata, "Nabi Muhammad saw melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda, Kedua orang mayat ini tengah diadzab. Keduanya diadzab bukan karena melakukan sebuah dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Salah satu dari keduanya karena tidak menutupi dirinya atau tidak bersuci saat kencing, sedang orang yang satu lagi diadzab karena sering menggunjing." (HR Ibnu Majjah No. 343, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' As-Shaghir No. 2441)

8. Hutang yang tidak dibayarkan.


Dari Jabir, ia berkata, "Ada seorang laki-laki yang meninggal, maka kami pun memandikannya, meminyakinya dengan minyak wangi, dan mengkafaninya. Kemudian kami mendatangi Rasulullah saw untuk beliau shalatkan. Maka beliau maju selangkah untuk menshalatkannya, namun kemudian berhenti dan bertanya Apakah ia mempunyai hutang? Kami menjawab 'Ya' sebanyak dua dinar. Beliau pun pulang kembali dan tidak jadi menshalatkannya.


Seorang sahabat yang bernama Abu Qatadah bersedia untuk menanggung pembayaran hutang dua dinar tersebut, maka kami datang kembali kepada Rasulullah saw untuk memberitahukan hal itu. Rasulullah saw bersabda, " Jika begitu, hutang telah dibayarkan dan jenazah tersebut tidak mempunyai tanggungan lagi." Beliau pun bersedia menshalatkan jenazah tersebut. (HR. Ahmad No. 14009, Al-Hakim No. 2306, Al-Baihaqi V/1275, Ad-Daruquthni No. 3129, Al-Bazzar dan Ath-Thayalisi. Dinyatakan shaih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib No. 1812)

9. Lalai dari Dzikir.

Firman Allah swt :
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha : 124)

Abu Sa'id Al-Khudriyi menyatakan bahwa makna 'penghidupan yang sempit' dalam ayat ini adalah himpitan kubur, yaitu kuburnya akan menyempit dan menghimpit dirinya hingga tulang-belulangnya hancur berantakan. Abu Sa'id Al-Khudriyi, Ibnu Mas'ud dan Abu Hurairah juga meriwayatkan dari Rasulullah saw bahwa maksud dari 'penghidupan yang sempit adalah adzab kubur. (Tafsir Ibnu Katsir 5/323. HR. Al-Hakim No. 1354, 3396, At-Thabrani No. 9042 dan Ibnu Hibban No. 3184. Sanadnya dinyatakan kuat oleh Ibnu Katsir. Al-Hakim menyatakan shahih)

10. Meratapi Mayit.

Ratapan dapat menyebabkan datangnya siksa kubur karena ia menunjukkan ketidak sabaran dalam menerima musibah dari Allah swt. Berbeda dengan tangisan yang tidak disertai ratapan karena menunjukkan adanya kasih sayang kepada orang yang meninggal.

Dari Umar bin Khatab ra dan Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya orang yang telah mati akan disiksa karena tangisan keluarganya yang meratapi kematiannya." (HR. Bukhari No. 1221 dan Muslim No. 1536)

11. Seorang Ibu yang tidak mau menyusui bayinya tanpa alasan yang benar.

Dalam kisah hadits Abu Umamah Al-Bahili, Rasulullah bersabda, "Kemudian kedua malaikat itu mengajakku  berangkat lagi, hingga aku menemui wanita-wanita yang payudara mereka dipatuk-patuk oleh banyak ular. Aku bertanya, Kenapa dengan wanita-wanita itu? Kedua malaikat itu menjawab, Mereka adalah wanita-wanita yang tidak mau menyusui bayi-bayi mereka." (HR. Ibnu Hibban No. 7615 dan Ibnu Khuzaimah No. 1865. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib No. 1005 dan 2393 dan Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 3951)

Diriwayatkan oleh : Abdur Rahman Al-Wasithy

Minggu, 25 April 2010

Khusyu' Dalam Shalat



Resep Khusyu' Dalam Shalat adalah sebagai berikut :

1. Melakukan persiapan untuk melaksanakan shalat.

Mengenakan pakaian yang baik serta bersih, memperhatikan siwak yaitu membersihkan dan menyikat gigi serta mengharumkan mulut, dimana mulut tersebut nantinya akan menjadi jalan bagi keluarnya Al Qur'an. Dan berwudhu dengan sempurna dan berdoa, lalu menjawab segala kalimat-kalimat yang dilantunkan oleh seorang Mu'adzdzin kemudian berdoa dengan doa yang telah disyari'atkan setelah adzan dikumandangkan.

Firman Allah swt :
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid (tiap-tiap akan mengerjakan shalat atau thawaf keliling ka'bah atau ibadah lainnya) makanlah dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan (jangan melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf : 31)

2. Memohon perlindungan kepada Allah dari godaan Syetan.


Diantara godaan syetan terhadap seorang yang menunaikan shalat, adalah sebagaimana yang telah dikabarkan dari Rasulullah saw tentang cara menghindarinya. Sabda Rasulullah saw : "Sesungguhnya seseorang di antara kamu jika berdiri untuk menunaikan shalat, maka datanglah syetan, lalu ia mengacaukan shalatnya dan menjadi ragu-ragu terhadap shalatnya, sehingga dia tidak mengetahui berapa raka'at yang telah dilakukannya. Maka jika seseorang di antara kamu menemukan hal yang seperti itu, hendaknya dia bersujud dua kali, yaitu pada saat dia dalam keadaan duduk." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, lihat Shahihul-Bukhari, pada topik pembahasan As-Sahwu, pada bab As-Sahwu fil Fardhi Wat-Tathawwu)

 3. Bersikap tenang dalam Shalat.

Rasulullah saw selalu thuma'ninah (bersikap tenang) dalam malakukan shalat, sehingga setiap tulang belulangnya kembali ke tempat semula. Dan dari Qatadah ra, dia berkata, Rasulullah saw pernah bersabda : "Paling jeleknya manusia dalam mencuri adalah orang yang mencuri sebagian dari shalatnya. Ada seorang sahabat bertanya : Wahai Rasulullah, bagaimanakah dia mencuri shalatnya ? Rasulullah saw menjawab, dia tidak menyempurnakan ruku' shalat itu dan tidak pula menyempurnakan sujudnya." (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Ahmad, lihat jilid 1 hal. 229. Hadits ini pula disebutkan di dalam kitab Shahihul-Jami' pada hadits nomor 997)

4. Mengingat mati di dalam Shalat.

Sabda Rasulullah saw pada saat beliau memberikan nasehat terhadap Abu Ayyub ra : "Jika engkau telah berdiri di dalam shalatmu, maka lakukanlah shalat sebagaimana shalat seorang yang akan meninggalkan." (Diriwayatkan oleh Ahmad, lihat Musnad Ahmad jilid 5 hal. 412. Dan di dalam kitab Shahihul-Jami' disebutkan pada hadits nomor 742)

Maksud daripada hadits diatas adalah melakukan shalat sebagaimana seseorang yang melakukan shalat, sedangkan dia mengira bahwa tidak akan pernah dapat melakukannya kembali selain shalat yang sedang dilakukannya itu. Maka jika seorang yang melakukan shalat itu berperasaan bahwa dia akan meninggal dunia, sedangkan kematian itu pasti akan datang, dia juga berperasaan bahwa shalat yang sedang dilakukannya itu adalah shalat yang paling akhir dilakukan maka dia akan melakukannya dengan khusyu'. Sebab dia tidak mengetahui mungkin shalat itulah memang benar-benar shalat yang paling akhir dia lakukan.

5. Berpikir dan memperhatikan ayat-ayat yang sedang dibacanya.

Firman Allah swt :
"(Inilah) kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang berakal." (QS. Shaad : 29)

Berpikir tentang ayat-ayat dan dzikir-dzikir yang terdapat dalam bacaan shalat tidak akan pernah dapat dimengerti kecuali dengan mengetahui makna apa yang sedang kita baca. Maka jika kita memahami tentang apa yang kita baca, kita akan dapat memikirkannya dan menyadarinya.

Firman Allah swt :
"Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang tuli dan buta." (QS. Al-Furqan : 73)


6. Tidak mengganggu orang lain dalam bacaan Shalat.

Rasulullah saw pernah bersabda : "Ingatlah, sesungguhnya setiap di antaramu adalah memohon kepada Tuhannya, maka janganlah sebagian di antara kamu menyakiti sebagian yang lain dan janganlah sebagian di antara kamu mengangkat bacaannya atas sebagian yang lain." (Diriwayatkan oleh Abu Daud, lihat Sunan Abu Daud jilid 2 hal 83 dan di dalam kitab Shahihul-Jami' disebutkan pada hadits nomor 752)

Bahwa orang yang melakukan shalat tidak diperkenankan untuk bersikap egois dengan tidak memikirkan orang-orang yang berada disampingnya sehingga menimbulkan suara yang dapat terdengar oleh orang yang berada disampingnya.

8. Tidak menoleh-noleh di dalam Shalat.

Pada suatu hari Rasulullah saw pernah ditanya oleh seseorang tentang masalah menoleh di dalam shalat. Mendengar pertanyaan itu Rasulullah saw menjawab : "(Menoleh di dalam shalat itu merupakan) sebuah pencurian yang dicuri oleh syetan dari shalat seorang hamba." (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, pada topik pembahasan Al-Aadzan pada bab Al-IItifaat Fish-Shalah)

Oleh : Muhammad Shaleh Al-Munajjid

Jumat, 23 April 2010

Dampingi aku di Surga, Kekasihku !


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Ruum : 21)

Maha Suci Allah yang telah menciptakan kasih sayang diantara suami istri, keduanya saling mengasihi dan menyayangi dan tidak ada yang mereka lebih cintai kecuali kecintaan antara satu dengan yang lainnya. Salah satu dari keduanya sudah menjadi pakaian yang menutupi, menempel dan memelihara saling membutuhkan. Allah swt telah menciptakan laki-laki dan perempuan agar keduanya saling melengkapi satu sama lain untuk meraih satu tujuan yaitu ibadah kepada Allah swt dengan penuh keikhlasan sampai pada tujuan yang lebih agung yaitu ridha Allah 'Azza wa Jalla. Dengan ridha tersebut keduanya kelak akan tenang di Surga dan meraih dunia dan akhirat. 

Iblis mengetahui strategi ini, diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra, dari Rasulullah saw bersabda :
"Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian mengutus pasukannya. yang paling rendah kedudukannya dari air itulah yang paling besar fitnahnya. Salah satu dari mereka datang dan berkata, saya melakukan ini dan itu, kemudian Iblis berkata, kamu tidak melakukan apa-apa. Kemudian datang lagi salah satu dari mereka dan berkata, saya tidak meninggalkannya (manusia) sampai saya memisahkan dia dengan istrinya, kemudian Iblis mendekatinya dan berkata, kamu bagus, maka ia mentaatinya." (HR Muslim)

Masing-masing suami dan istri mempunyai peran untuk memahami tugasnya yaitu seorang suami sebagai pemimpin harus bersikap bijaksana bukan berarti seorang istri tidak mempunyai peran, bahkan sebaliknya seorang istri mempunyai peran yang sangat besar dan agung. Istrilah yang mendukung suami dalam hal pengambilan keputusan dan mengajaknya ke tempat yang aman, istri selalu berdiri disisi suami ketika disaat sulit, istri adalah pakaian suami.

Rasulullah saw bersabda :
"Jika seorang perempuan melaksanakan sholat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, patuh kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, Masuklah kamu ke Surga dari pintu mana saja yang kamu inginkan." (Shaheh Jami' al-Kabir)

Patuh terhadap suami bukan berarti menghilangkan hak istri, bukan berarti  pula suami sewenang-wenangnya tetapi saling menghormati, saling menghargai, saling perhatian, saling pengertian, saling mengasihi dan saling menyayangi menuju kebahagiaan rumahtangga. Kepatuhan dalam hal kebaikan dan kecintaan seorang istri terhadap suaminya, membuatnya bahagia dan nyaman. Dengan bersikap patuh terhadap suami artinya suami ridha terhadap istrinya, ini jalan menuju Surga.

Rasulullah saw, bersabda :
"Perempuan manapun yang meninggal dan suaminya ridha, maka ia (perempuan tersebut) masuk surga." (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim).

Selasa, 20 April 2010

Surat Kasih Sayang dari Allah swt


Saat kamu bangun pagi hari, Aku memandangmu dan berharap kamu akan berbicara kepada-Ku, walaupun hanya sepatah kata meminta pertolongan dari-Ku atau bersyukur kepada-Ku atas sesuatu hal yang indah terjadi padamu pada hari kemarin dan pagi ini.

Firman Allah swt :
"Sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul kepadamu, yaitu salah seorang di antaramu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, membersihkan kamu (dari kelakuan yang tak baik) dan mengajarkan Kitab dan hikmah kepadamu dan lagi mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah : 151)

Tetapi Aku melihat kamu begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja dengan terburu-buru. Aku kembali menanti saatnya kamu akan pergi, Aku tahu ada sedikit waktu bagimu untuk menyapa-Ku, tetapi kamu begitu tak pedulinya dan menghindari-Ku.

Firman Allah swt :
"Maka ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepadamu dan berterima kasihlah kepada-Ku dan jangan kamu menyangkal (nikmat-Ku)." (QS. Al-Baqarah : 152)

Di tempat kamu bekerja, kamu melakukan aktifitas apapun dan terkadang kamu duduk menyendiri. Aku  tetap menanti dan akan bicara kepada-Ku tetapi kamu justru membayangkan keindahan dunia dan kamu berpikir bagaimana caranya untuk meraih sesuatu harta benda yang didapat dari hasil bekerja selama ini. Aku menanti sepanjang hari dan melihatmu begitu sibuknya tanpa ada sedikit waktu untuk menyapa-Ku, apalagi kamu mendapat kabar gembira atas prestasimu dalam bekerja. Berkumandang azan di siang hari dan saatnya makan siang. Aku memandangmu makan begitu lahap sehingga perutmu menjadi kenyang tanpa dapat bergerak lagi, sedih hati-Ku melihatmu seperti itu.

Firman Allah swt :
"Apabila kamu telah selesai mengerjakan sembahyang, hendaklah kamu ingat akan Allah waktu berdiri dan duduk dan berbaring. Apabila kamu telah aman (tiada berperang lagi), maka dirikanlah sembahyang sebaik-baiknya). Sesungguhnya sembahyang itu diperlukan atas orang-orang mukmin pada waktunya." (QS. An-Nisa' : 103)

Hari ini masih ada waktu tersisa dan Aku berharap engkau akan berbicara kepada-Ku, meskipun saat kamu pulang ke rumah terasa lelah seharian kamu bekerja belum lagi kamu beristirahat sambil menonton TV kesukaanmu sampai larut malam dan tertidur tanpa sepatahpun nama-Ku disebut.

Firman Allah swt :
"Hai orang-orang beriman, minta tolonglah kamu dengan sabar dan sembahyang. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang sabar." (QS. Al- Baqarah : 153)

Aku selalu hadir untukmu.
Aku telah bersabar menantimu untuk menyapa-Ku.
Aku sangat menyayangimu.
Tapi, Ku tunggu tak kunjung tiba untuk berbicara dengan-Ku dari mulai Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib dan Isya terus kembali lagi ke Subuh, kamu masih tidak peduli dengan-Ku. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-Ku.

Apa salah-Ku padamu, wahai hamba-Ku ?
Rizki yang Ku-limpahkan, Kesehatan yang Ku-berikan, Harta yang Ku-relakan, Makanan yang Ku-hidangkan, Anak-anak yang kurahmati. Apakah itu tidak membuatmu ingat kepada-Ku !
Percayalah Aku selalu menepati janji, selalu mengasihimu, selalu menyayangimu, selalu melindungimu dan selalu setia mendampingimu disetiap saat.

Aku berharap kamu dapat menyadarinya dan memohon kepada-Ku atas kesalahanmu selama ini.

Firman Allah swt :
"Kecuali orang-orang yang taubat dan memperbaiki serta menyatakan, maka Aku terima taubat mereka, dan Aku Penerima taubat, lagi Penyayang." (QS. Al-Baqarah : 160)

Sabtu, 17 April 2010

Raih Surga 'Adn Hanya Dengan Satu Kalimat

 Allah swt berfirman,

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS. Ibrahim : 24 - 25)

Kalimat yang baik adalah kalimat tauhid yang agung, yaitu Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullaah.

Kalimat tersebut menjadi rukun pertama dari rukun-rukun Islam yang jumlahnya ada lima dan kalimat itu telah Allah berikan kepada semua para Rasul-Nya dan mengajak semua hamba-Nya untuk berikrar.
Para Nabi dan Rasul-Nya juga mengajak kepada seluruh manusia untuk berikrar dengan kalimat tersebut agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, dan selamat dari siksa-Nya. Oleh karena itu adakah hal lain yang lebih mulia daripada mengikuti dan meneladani seruan Allah dan Nabi-Nya itu ? sungguh tidak ada.

Anas ra meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw dan Mu'adz bin Jabal sedang pergi beriringan. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda, "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab, "ya, Wahai Rasulullah" Nabi berkata lagi, "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab, "ya, Wahai Rasulullah" Lalu Nabi Muhammad saw bersabda, "Tidak ada seorang hamba yang bersaksi, sesungguhnya tidak ada tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, melainkan Allah akan mengharamkan dirinya masuk ke dalam Neraka." Mu'adz berkata, "Bolehkah aku memberitahukan hal ini kepada orang-orang agar mereka berbahagia?" Nabi saw menjawab, "Jika mereka bertawakal". 
Beritahukanlah hal tersebut (syahadatain) di saat menjelang kematiannya - diucapkan dengan penuh rasa takut terhadap dosa yang pernah dilakukannya. (HR. Bukhari dan Muslim, sebagaimana disebutkan dalam al-Misykat, kitab al-Iman)

Minggu, 11 April 2010

Istriku yang tersayang !


Teruntuk Istriku yang tersayang,

Sore ini aku tidak dapat segera pulang, banyak tugas yang belum tuntas harus kuselesaikan. Terkirim SMS-mu menanyakan kapan aku pulang ? hmm... Insya Allah aku baru bisa pulang pada malam hari, mungkin nanti anak-anak sudah tidur, si kecil yang lucu hari ini tidak bergantung dikakiku ketika pulang karena ia telah lelap dalam tidurnya.

Istriku .......
Aku tahu, betapa berat tugas dan tanggung jawabmu di rumah, pekerjaan mu padat dan berat yaitu memasak, mencuci, menyapu, menyetrika dan semua urusan rumahtangga. Letih dan lelah demi semuanya, belum lagi menyusui dan mendidik anak-anak serta menjaga amanah dan kesetiaan ketika suami tidak ada.
Engkau tidak diperintahkan untuk sholat jumat berjama'ah, tidak pula diwajibkan atas jihad berperang dengan senjata. Namun Istriku, bergembiralah karena engkau tetap mendapatkan pahala seperti kaum pria. Mengapa ?

Kisah seorang utusan wanita "Asma binti Yazid Al-Anshoriyyah yang mendatangi Nabi shollallahu 'alaihi wa sallama ketika beliau sedang duduk bersama sahabat-sahabatnya.

Asma binti Yazid Al-Ashoriyyah berkata kepada Nabi s.a.w : 
Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, sesungguhnya aku adalah utusan para wanita kepadamu, dan aku tahu jiwaku sebagai tebusanmu bahwasanya tidak seorangpun dari wanita baik di timur ataupun di barat yang mendengar kepergianku untuk menemui ini ataupun tidak mendengarnya melainkan ia sependapat denganku. Sesungguhnya Allah mengutusmu dengan kebenaran kepada laki-laki dan wanita, maka kami beriman kepadamu dan kepada Allah yang telah mengutusmu. Dan sesungguhnya kami para wanita terbatas (geraknya), menjadi penjaga rumah-rumah kalian, tempat kalian menunaikan syahwat kalian dan yang mengandung anak-anak kalian. Sementara kalian para laki-laki dilebihkan atas kami dan sesungguhnya salah seorang dari kalian apabila keluar berjihad, kami yang menjaga harta kalian dan mendidik anak-anak kalian. Maka apakah kami mendapatkan pahala seperti kalian hai Rasulullah ?

Nabi shollallahu 'alaihi wa sallama menoleh kepada para sahabatnya, kemudian beliau berkata : "Apakah kalian pernah mendengar perkataan wanita yang lebih baik dari pertanyaannya dalam urusan agamanya ini ? Mereka menjawab, Hai Rasulullah, kami tidak mengira bahwa seorang wanita bisa paham seperti ini.
Nabi shollallahu 'alaihi wa sallama menoleh kepadanya (Asma) kemudian berkata kepadanya : "Pulanglah wahai wanita dan beritahukanlah kepada orang-orang wanita-wanita dibelakangmu bahwasanya pengabdian salah seorang dari kalian kepada suaminya dan mengharapkan ridhonya serta mengikuti keinginannya itu artinya sama dengan menandingi itu semua". Maka wanita itu pulang seraya bertahlil, bertakbir dengan gembira. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam Syu'abil Iman).

Istriku .......
Jika seorang wanita memahami ibadah dengan sempit, hanya sebatas ruku' dan sujud saja, ia akan kehilangan pahala yang besar karena ia akan menganggap pekerjaan di rumah, berkhidmat kepada suami, bergaul dengannya dengan baik, mendidik anak-anak semua itu tidak temasuk ibadah. Ini jelas salah dalam memahami ibadah.
Ibadah sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah suatu penamaan untuk setiap sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah dari perkataan dan perbuatan yang bathin maupun zhohir. Sholat, Zakat, Puasa, Haji, berkata jujur, menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin termasuk juga berbuat baik kepada binatang. Ibadah lainnya seperti berzikir, berdo'a, membaca Al Qur'an begitu juga mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut akan azab-Nya, bertaubat kepada Allah, mensyukuri nikmat-Nya, bersabar terhadap keputusan-Nya, mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya semata, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat-Nya.

Jadi ibadatullah adalah tujuan yang dicintai dan diridhoi-Nya karena Ia menciptakan makhluk sebagaimana firman-Nya :
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku" (QS. Dzariyat : 56)

Istriku .......
Engkau berhak mendapatkan pahala di dalam rumahmu jika ikhlas dan mengharapkan pahala dari Allah Maha Pencipta dan perbaikilah niatmu.

Terakhir, semoga Allah senantiasa menjagamu dan menjaga rumah tangga kita dalam naungan ridho dan cinta-Nya. Amiiin

Author by Abu Zubair Hawaary

Kamis, 08 April 2010

Umur Manusia


Apabila menganalisa realitas usia seseorang akan mendapatkan kurang lebih hanya delapan tahun lamanya atau lebih kecil dari itu dua atau tiga tahun.

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku" (QS. Dzariyat : 56)

Dalam buku Tanwir al-Adzhan min Tafsir Ruh al-Bayan disebutkan bahwa Bahlul ra, ia berkata, Pada suatu ketika, saya berada di salah satu jalan kota Bashrah. Tiba-tiba ada anak-anak kecil yang sedang bermain dengan biji-bijian. Pada saat itu, saya melihat ada seorang anak kecil yang menangis melihat teman-temannya yang lain. Lalu dalam hati saya bergumam, Anak kecil ini menangis sedih karena tidak mempunyai mainan seperti mainan yang ada di tangan teman-temannya, dia tidak memegang mainan apapun. Kemudian saya bertanya kepadanya, apa yang membuatmu menangis? Bagaimana kalau saya belikan biji-bijian untukmu agar kamu dapat bermain dengan mereka. Lalu dia menatapku dan berkata, Wahai orang yang sedikit akalnya, kita itu diciptakan bukan untuk bermain. Kemudian saya bertanya, Wahai anakku, lalu untuk apa kita diciptakan? Dia menjawab, Untuk mencari ilmu dan beribadah. Saya berkata, Darimana jawaban tersebut kamu dapatkan? Semoga Allah memberkatimu. Dia menjawab, Dari firman Allah yang berbunyi,
"Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al-Mu'minun : 115)

Allah swt berfirman :

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa Lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Mulk : 2)

Abu Hurairah ra berkata bahwa Nabi saw bersabda, Umur umatku itu antara 60 hingga 70 tahun. Dikarenakan Nabi usianya sampai umur 63 tahun.

Perhatikan bagaimana kehidupan yang fana ini hancur dan berlalu. Undang-undang dunia memperbolehkan seseorang bekerja 8 jam setiap harinya. 1 hari itu terdiri dari 24 jam. Oleh karena itu jika menghitung 8 jam setiap harinya dalam perkiraan waktu ajal 63 tahun maka telah menghabiskan waktu untuk kesibukan bekerja selama 21 tahun, begitupun dengan istirahat (tidur) dianjurkan 8 jam dalam 1 harinya. Berarti selama 63 tahun waktu telah dihabiskan untuk tidur selama 21 tahun. Jika dijumlahkan waktu tidur dan waktu bekerja 21 + 21 = 42, berarti menghabiskan waktu selama 42 tahun. Ditambah dengan masa kanak-kanak, biasanya dipergunakan untuk bermain-main dan bersenang-senang pada usia 1 tahun sampai 13 tahun. Berarti  selama menjalani hidup menghilangkan waktu sebanyak 44 + 13 = 55 tahun.

Jadi usia yang dimiliki pada saat ini tersisa hanya 8 tahun ( 63 - 55 ). Adakah sisa usia tersebut digunakan untuk beribadah kepada-Nya? Sesungguhnya Umat Muslim jika dikumandangkan azan, mereka tidak segera melakukan sholat kecuali bagi mereka yang dikasihi Allah.
"Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar ....." (QS. Al-Anfal : 23)

Firman Allah swt :

"Hai Nabi, katakanlah pada tawanan-tawanan yang ada ditanganmu : "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil padamu dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Anfal : 70)