Sabtu, 29 Mei 2010

Hukum Nikah Sirri

 
Bagaimana sebenarnya pandangan Islam tentang Nikah Siri ? Siri secara etimologi berarti sesuatu yang tersembunyi, rahasia, pelan-pelan (Ibnu al Mandlur, Lisan al Arab : 4/356). Kadang Siri juga diartikan zina atau melakukan hubungan seksual.

Pengertian Pertama.
 
Nikah Siri adalah pernikahan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa wali dan saksi. Inilah pengertian yang pernah diungkap oleh Imam Syafi'i di dalam kitab Al Umm 5/23, Dari Malik dari Abi Zubair dilapori tentang pernikahan yang tidak disaksikan kecuali seorang laki-laki dan seorang perempuan, maka Rasulullah bersabda, "Ini adalah nikah Sirri, dan saya tidak membolehkannya, kalau saya mengetahuinya, niscaya akan saya rajam (pelakunya)."

Pengertian Kedua.

Nikah Siri adalah pernikahan yang dihadiri oleh wali dan dua orang saksi, tetapi saksi-saksi tersebut tidak boleh mengumumkannya kepada khalayak ramai. Pendapat tentang hukum pernikahan seperti ini terdapat dua perbedaan, diantaranya yang berpendapat Hukum tersebut "Sah" adalah Umar bin Khattab, Urwah, Sya'bi, Nafi', Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad (Ibnu Qudamah, al Mughni, Beirut, Daar al Kitab at Arabi : 7/434-435). Dan yang berpendapat bahwa Hukum tersebut "Tidak Sah" adalah Malikiyah dan sebagian dari ulama madzab Hanabilah (Ibnu Qudamah, al Mughni : 7/435, Syekh al Utsaimin, asy-Syarh al Mumti' 'ala Zaad al Mustamti', Dar Ibnu al Jauzi, 1428, cet.)

Pengetian Ketiga.

Nikah Siri adalah pernikahan yang dilakukan dengan adanya wali dan dua orang saksi yang adil serta adanya ijab qabul, hanya saja pernikahan ini tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan negara (KUA). Hukum seperti ini menurut syariat adalah "Sah" dan tidak bertentangan dengan ajaran agama islam karena syarat-syarat dan rukun pernikahan sudah terpenuhi. Tetapi menurut hukum positif di Indonesia dengan merujuk pada RUU Pernikahan tersebut, maka Nikah Siri semacam ini dikenakan sangsi hukum. Karena pada dasarnya Negara berhak untuk membuat peraturan agar setiap orang yang menikah, segera melaporkan kepada lembaga pencatatan pernikahan (KUA). Hal itu dimaksudkan agar setiap pernikahan yang dilangsungkan antara kedua mempelai mempunyai kekuatan hukum, sehingga diharapkan bisa meminimalisir adanya kejahatan, penipuan atau kekerasaan di dalam rumah tangga, yang biasanya wanita dan anak-anak menjadi korban utamanya.

Firman Allah swt :
"Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf." (QS. Al Baqarah : 235)

Sumber : Dr. Ahmad Zein An-Najah

Selasa, 25 Mei 2010

Mengurangi Beban


Firman Allah swt :
"Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu), Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling." (QS. Al-Baqarah : 83)

"Bukanlah menghadap wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang taqwa." (QS. Al-Baqarah : 177)

"...Jawablah, Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah : 215)

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. An-Nisaa' : 36)

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama ? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." (QS. Al-Maa'uun : 1-3)

Sebab-sebab turunnya Surat Alam Nasyrah karena kaum musyrikin ketika itu mengolok-olok kaum muslimin atas kemiskinan mereka.

Firman Allah swt :
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu ? Dan Kami telah menghilangkan dari dirimu beban yang memberatkan punggungmu ? Karena, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka, apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Alam Nasyrah : 1-8)

"...Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf : 87)

Padamnya pelita harapan dalam kalbu menjadi penghalang tumbuhnya semangat etos kerja. Karena itu, dibutuhkan pembangkit semangat untuk menumbuhkan harapan sebagai kekuatan yang mendorong dan membukakan kalbu untuk bekerja, menunaikan kewajiban dan menggugah kesungguhan.

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda, "Diturunkannya pertolongan dari langit itu menurut kadar (ukuran) beban, dan sabar itu diturunkan menurut kadar musibah."

Kamis, 20 Mei 2010

Sentuhan Halus dan Kebahagiaan Suami Istri


Sentuhan yang halus berarti perasaan hangat antara suami dan istri serta memenuhi insting perasaan. Memasukkan unsur romantis, anggota tubuh , menyatukan jasad dan memenuhi syahwat. Saling bersikap lembut dengan melakukan sentuhan, mengucapkan kata-kata romantis dan segala sesuatu yang dapat memenuhi keinginan syahwat dan insting yang disalurkan bukan melalui jalan maksiat.

Salah satu tujuan menikah yang paling penting adalah Jima' (berhubungan suami istri). Dalam Jima' semua perasaan romantis, panca indera dan insting berkumpul dan di dalam Jima' pula bertemu ruh, jasad dan emosi. Jima' adalah proses energik yang membuat jenis manusia menjadi agung dari makhluk lainnya.

Dalam hal Jima', kesabaran laki-laki lebih lemah daripada perempuan. Tuntutan Jima' pada diri laki-laki adalah tuntutan yang terus menerus karena ia banyak mengalami godaan setan sehingga jiwanya menjadi tergerak kepada wanita lain.

Hati-hatilah dari murka Allah swt dan malaikat-Nya yang disebabkan murka suami. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw bersabda, "Jika seorang laki-laki memanggil istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia tidak mendatangi suaminya dan suaminya tidur dalam keadaan marah, maka malaikat akan melaknatnya sampai waktu subuh." (HR Muslim)

Menghindari diri dari suami berarti mengikuti jalan setan.

Sikap seorang istri yang menghindar dari suaminya akan melukai perasaan kelelakiannya dan mengikuti jalan setan dalam bermaksiat kepada Allah. Siapapun laki-laki ini selagi dia adalah seorang suami yang memanggil istrinya, maka istri harus mematuhinya dan memenuhi haknya. Jika istri tidak peduli, maka ia akan mendapat murka Allah sampai orang yang memiliki hak ini (suami) ridha dan dengan keridhaannya tanazul (menurunkan ) haknya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, "Demi Dzat yang diriku ada ditangan-Nya, tidak ada laki-laki yang memanggil istrinya ke tempat tidurnya kemudian ia tidak peduli atas panggilannya kecuali Dzat yang berada di langit murka atasnya (istri) sampai suami ridha atasnya (istri)." (HR, Bukhari)

Dan berhati-hatilah dengan hukuman Allah swt. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dari Rasulullah, "Tiga orang yang shalatnya tidak terangkat di atas kepalanya (walaupun hanya) sejengkal, laki-laki yang menjadi imam suatu kaum dan mereka membencinya, perempuan yang bermalam sedang suaminya dalam keadaan murka, dua orang saudara yang memutuskan hubungan." (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)

Jangan menolak suami dengan sikap.

Terkadang tidak mengerti akan hal ini, sehingga seorang istri menolak ajakan suaminya dengan sikap atau terkadang sengaja melakukan dengan cara lain untuk menolak. Misalkan setiap suami datang ia mendapati sedang tidur atau pura-pura tertidur atau mendapati dengan pakaian yang tidak disukai suami atau mendapati kepura-puraan sakit, padahal seorang suami dapat memahami hanya dengan isyarat. Ia menjadi marah namun tidak mengungkapkan kemarahannya.

Meminta maaf dengan cara yang santun.

Sambutlah suami dengan penuh kehangatan dan buatlah ia menyukai itu, kemudian tampakkan permintaan maaf dengan santun dan lembut, maka ia akan ridha. Penolakan dikarenakan sebab yang hakiki  sehingga suami mengerti keadaannya dan jangan menjadikan penolakan sebagai siksa bagi suami atas masalah apapun. Hal ini akan membuat dadanya bergetar dan memungkinkan membuatnya mencari orang yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Kunci untuk memiliki hati suami :
  • Jadilah seorang istri yang selalu kreatif dalam hal berhias untuk suami tercinta.
  • Perhatikanlah dalam mengatur lampu kamar tidur dan buatlah suasana romantis.
  • Perhatikanlah hiasan dan warna tempat tidur.
  • Perhatikan jenis-jenis pakaian dan perhiasan yang disukai oleh suami agar terlihat inner beauty.
  • Perhatikanlah ucapan, berbicara dengan kata-kata yang lembut kepada suami dan buatlah suami merasakan sentuhan yang hangat dan perasaan yang menggelora.
  • Ingatlah kepada Allah swt yang selalu menambah ganjaran pahala dan mendapat  ridha  Allah serta ridha suami pada setiap kali akan membahagiakan suami (melaksanakannya karena Allah Ta 'alla)
  • Perhatikan celah-celah yang akan dimasuki oleh setan karena penolakan tanpa sebab (suami menjadi marah, hatinya beralih kepada orang lain dsb).

Selasa, 18 Mei 2010

Menanti Keadilan di Hari Pembalasan


Di akhirat tidak ada yang kebal hukum, siapapun yang melanggar aturan Allah di dunia, kelak akan memetiknya. Tak ada lagi kesombongan dan kepongahan, demikian adilnya pada hari itu hingga digambarkan oleh Rasulullah saw bahwa semua dendam kesumat di dunia dapat terbalaskan. Rasulullah saw bersabda, "Sungguh kamu sekalian nanti pada hari kiamat diperintahkan untuk mengembalikan semua hak kepada yang berhak. Sampai-sampai yang tidak bertanduk (yang sewaktu di dunia pernah ditanduk) diberi hak untuk membalas kambing yang bertanduk." (HR. Muslim)

Surga dan Neraka adalah keputusan yang adil dan absolut. Tak ada keberpihakan pada pihak yang kuat, kaya dan terhormat. Neraka bukan hanya menampung orang-orang yang merugikan orang lain dan para penjahat. Melainkan bagi siapa saja yang melanggar aturan-aturan Allah. Neraka akan menjadi tujuan akhir bagi para pendurhaka yang bergelimang dengan kemusyrikan. Tak ada yang luput dalam pandangan Allah, semua akan ditanya pada hari itu. Abu Barzah Nadhalah ibn Ubaid Al-Aslami, ia berkata Rasulullah saw bersabda, "Dua kaki seorang hamba tidak akan bergeser sebelum ditanya tentang umurnya untuk apa saja ia habiskan, tentang ilmunya dalam hal apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, tentang jasmaninya untuk apa ia gunakan." (HR. Tirmidzi)

Hari Pembalasan Sebuah Keniscayaan.

Dalam Syarhu Ushulil Iman, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjelaskan, hari akhir adalah hari kiamat, di mana seluruh manusia dibangkitkan pada hari itu untuk dihisab dan dibalas. Hari itu disebut hari akhir, karena tidak ada hari lagi setelahnya. Pada hari itulah penghuni Surga dan penghuni Neraka, masing-masing menetap di tempatnya. 

Unsur Keimanan terhadap Hari Pembalasan yang dijelaskan Ibnu Utsaimin :

1. Setiap manusia akan dibangkitkan.

Allah akan menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati ketika tiupan sangkakala yang kedua kali. Pada waktu itu semua manusia bangkit untuk menghadap Rabb Alam Semesta dengan tidak beralas kaki, bertelanjang dan tidak disunat.  

Allah swt berfirman : 
"Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati. Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya." (QS. Al Anbiya' : 104)    

2. Amal manusia akan dihitung.

Seluruh perbuatan manusia akan dihisab dan dibalas.  

Firman swt berfirman : 
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahalanya). Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat Perhitungan." (QS. Al Anbiya' : 47)    

Dari Ibnu Umar ra diriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Allah nanti akan meletakkan tutup dan menutupnya. Allah bertanya, apakah kamu tahu dosamu itu ? Ia menjawab, Ya Rabbku. Ketika ia sudah mengakui dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa, Allah swt berfirman, Aku telah menutupi dosa-dosamu di dunia dan sekarang Aku mengampuninya. Kemudian diberi kepada orang mukmin itu buku amal baiknya. Adapun orang-orang kafir dan orang-orang munafik, Allah swt memanggilnya di hadapan orang banyak. Mereka orang-orang yang mendustakan Rabbnya. Ketahuilah, laknat Allah itu untuk orang-orang yang zhalim." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Eksistensi Surga dan Neraka.

Surga dan Neraka sebagai tempat manusia yang abadi. Surga tempat kenikmatan yang disediakan oleh Allah untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa, yang mengimani apa-apa yang harus diimani, yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang ikhlas.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, "Surga dan Neraka bertengkar. Surga berkata, yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang lemah dan miskin. Neraka berkata, yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang keras dan sombong. Lalu Allah swt berkata kepada Neraka, Engkau adalah adzab-Ku. Aku menyiksa denganmu siapa pun yang Aku kehendaki. Dan berkata kepada Surga, Engkau adalah rahmat-Ku. Aku rahmati denganmu siapa pun yang Aku kehendaki. Dan masing-masing kalian akan Aku penuhi." (HR Bukhari dalam Kitabut Tauhid bab 25 hadits 7449)

Sabtu, 15 Mei 2010

Kerasnya Hati


Terapi untuk penyembuhan dan melunakkan hati yang keras bisa dengan beberapa cara :

1. Membaca Al Qur'an dan Dzikrullah.

Firman Allah swt :
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (QS. Al Anfal : 2)

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus : 57)

"Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian." (QS. Al Isra' : 82)

2. Merendahkan diri dan menangis di hadapan Allah.

Ibnu Abbas ra berkata, Nabi saw berkata dalam sebuah doanya, 
"Ya Allah, bantulah aku dan jangan Kau kalahkan aku. Tolonglah aku, jangan Kau celakakan. Buatlah makar untukku, jangan Kau buat makar yang akan menyerangku. Tunjukilah aku, dan mudahkanlah petunjuk itu datang padaku. Tolonglah aku menghadapi orang-orang yang menentangku. Ya Allah, jadikan aku dihadapan-Mu sebagai hamba yang bersyukur, berdzikir, takut, patuh dan beribadah pada-Mu. Kepada-Mu lah aku kembali. Ya Allah, terimalah taubatku, bersihkanlah dosaku, kabulkan doaku, kokohkan hujjahku, tajamkan lisanku, berilah hatiku hidayah dan singkirkan noda hitam dari hatiku." (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2307), kitab Az-Zuhd bab Ma Ja'a fi Dzikril Mauti. Ia berkata, Hadits ini shahih gharib. Dishahihkan oleh As-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi 1877)

3. Menghadiri Majlis-majlis Ilmu.

Ilmu adalah ibadahnya hati. Dari Abu hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah suatu kaum berkumpul dalam rumah Allah, mereka membaca Al Qur'an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan ketenangan kepada mereka dan akan diliputi oleh rahmat Allah, serta malaikat akan menaunginya. Allah akan senantiasa mengingat mereka yang di dalamnya." (Diriwayatkan oleh Muslim (2699), kitab Adz-Dzikr wa Ad-Du'a dan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2457), Kitab Shifat Al-Qiyamah, ia berkata, Hadits hasan shahih)

4. Mengingat Kematian (Dzikrul Maut)

Perbanyaklah mengingat kematian yang menjadi pemusnah bagi kenikmatan, pemecah persatuan dan yang menjadikan anak-anak menjadi yatim. Rasulullah saw selalu mewasiatkan para sahabatnya untuk memperbanyak Dzikrul Maut. Dari Ubay bin Ka'b ra, ia berkata, Ketika masuk waktu sepertiga malam, Rasulullah bangun dan berkata, "Wahai manusia, ingatlah, ingatlah. Telah datang tiupan pertama sangkakala yang menghancurkan alam, diikuti tiupan kedua. Telah datang kematian dengan (segenap kengerian) yang dibawanya, telah datang kematian dengan (segenap kengerian) yang dibawanya. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (2457) kitab Shifatu Al-Qiyamah, ia berkata, Hadits hasan shahih)

Dzikrul Maut membuat seseorang memfokuskan perhatiannya kepada alam akhirat yang kekal sekaligus meremehkan dunia, dan tidak berangan-angan panjang. Angan-angan yang panjang juga menjadi faktor utama kerasnya hati.

Firman Allah swt :
"...Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras." (QS. Al Hadid : 16)

5. Menyaksikan orang yang sedang sakaratul maut.

Dari Anas ra, ia berkata, Nabi saw mendatangi seorang pemuda yang sedang sekarat. Beliau bertanya, Bagaimana keadaanmu ? Pemuda itu menjawab, Demi Allah Wahai Rasulullah, aku sangat mengharapkan Allah dan aku takut atas dosa-dosaku. 


Rasulullah saw bersabda, "Tidak akan bertemu keduanya (rasa harap kepada Allah dan takut atas dosa) dalam hati seorang hamba pada saat-saat seperti ini (sakaratul maut), kecuali Allah akan mengabulkan apa yang ia harapkan dan melindunginya dari apa saja yang membuatnya takut." (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (3551) Kitab Ad-Da' awat 'an Rasulullah, bab Doa-doa Nabi, Ia mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

6. Ziarah kubur.

Ziarah kubur harus dilakukan sesuai adab-adabnya, harus menghadirkan hati dan dengan niat yang tulus dan bisa mengambil I'tibar dan mengharapkan rahmat Allah swt.

Rasulullah saw bersabda, "Ziarahilah kubur, karena ia akan mengingatkanmu kepada kematian. (Dikeluarkan oleh Muslim (976), kitab Al-Jana'iz, Bab Isti'dzanu An-Nabiyy Rabbahu fi Ziyarati Qabri Ummihi)

Renungkanlah nasib orang-orang yang telah dikubur :
  • Dulu ia begitu menikmati pemandangan yang dilihat, kini matanya telah lepas.
  • Dulu perkataannya begitu fasih, kini cacing tanah telah memakan mulutnya.
  • Dulu ia selalu tertawa, kini giginya hancur terbenam tanah. 

Kamis, 13 Mei 2010

Bilakah Datangnya Hari Kiamat ?


Iman kepada hari akhir merupakan salah satu pilar terpenting dari rukun iman yang ke enam. Rasulullah saw dalam banyak sabdanya sering mengkaitkan keimanan kepada Allah dengan keimanan akan adanya kiamat. Yang demikian agar manusia senantiasa sadar akan adanya hari dimana seluruh yang telah diperbuat akan dimintai pertanggung jawabannya, sekaligus peringatan tempat persidangan dari sebuah perjalanan panjang.

Keyakinan akan kiamat itulah yang menjadikan seseorang menghitung ulang akan untung dan ruginya  mempertahankan dunia yang dikejar. Seorang mukmin meyakini bahwa dunia ini sangat cepat kehancurannya, bayangan keindahan dunia tidak seperti warna aslinya, sebaliknya kenyataan akhirat jauh lebih dahsyat dari apa yang bisa dibayangkan oleh pikiran manusia dengan kemampuan mengindranya. Itulah yang menyebabkan kebanyakan manusia begitu bersemangat untuk mengejar dunia, meski akhirnya kekecewaan yang ia peroleh lebih banyak dari rasa senangnya. Sebaliknya semangat dan rasa ingin tahu tentang akhirat begitu terbatas karena kemampuan mengindranya yang juga sangat terbatas.

Bukankah seringkali manusia cepat berputus asa karena sulitnya penghidupan mereka ? Lalu berburuk sangka dengan ketentuan dan ketetapan takdir atasnya ? Sebaliknya, terkadang manusia mudah berbangga dan menyandarkan kemuliaan hidupnya pada harta dan nilai-nilai dunia semata. Hal yang bersifat nyata lebih diutamakan ketimbang yang bersifat ghaib, akibatnya manusia yang mudah terserang berbagai penyakit hati yang mematikan baik pada saat diberi kenikmatan maupun musibah dan ujian dari Allah swt. Rasulullah saw bersabda, "Celakalah budak dinar dan celakalah budak dirham, celaka dan sungguh ia akan celaka, jika ia terkena duri niscaya ia tidak akan sanggup untuk mencabutnya." (HR Bukhari No. 2750)  (Maksudnya, jika budak dinar itu tertimpa musibah sedikit saja maka hal itu sudah cukup membuat dia bingung dan merasa paling celaka dan sengsara, mudah berburuk sangka kepada Allah swt dan mudah menyalahkan manusia lain)

Firman Allah swt :
"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan diberinya kesenangan, maka dia berkata : Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka ia berkata : Tuhanku menghinaku." (QS. Al Fajr : 15-16)

"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai." (QS. Al A'raf : 179)

Pengetahuan tentang kiamat merupakan suatu yang dirahasiakan oleh Allah swt, yang tidak diperlihatkan kepada siapapun, baik nabi maupun malaikat. Tidak seorangpun yang mengetahuinya secara pasti selain Allah. Allah swt hanya memberikan tanda akan dekatnya kedatangan hari kiamat, yang kesemuanya diceritakan secara terperinci melalui lisan Rasulullah saw. Ketika beliau menceritakan beberapa perkara berkaitan dengan hari kiamat, maka banyak di antara sahabat yang bertanya tentang kiamat secara pasti, kapankah ia akan terjadi ? Menyikapi pertanyaan-pertanyaan seperti ini, maka beliau menjelaskan bahwa yang ditanya tidak lebih mengerti dari yang bertanya. Kepada mereka Rasulullah saw menjelaskan bahwa kejadian kiamat adalah sesuatu yang bersifat ghaib, tidak seorangpun yang mengetahuinya selain Allah swt.

Firman Allah swt :
"Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat : Bilakah terjadinya? Katakanlah : Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku, tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah : Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Al A'raf : 187)

Dalam sebuah riwayat disebutkan dari Ibnu Mas'ud bahwasanya Rasulullah saw bersabda : "Saya berjumpa Ibrahim, Musa dan Isa ketika saya diisra'kan. Beliau bersabda : Mereka membicarakan masalah kiamat. Mereka menyerahkan masalahnya kepada Ibrahim, lalu beliau menjawab, Saya tidak mengerti. Kemudian mereka menyerahkan kepada Musa. Beliau menjawab, Saya tidak mengerti. Kemudian dikembalikan kepada Isa, maka beliau menjawab, Adapun kepastiannya, maka tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah, dan Rabbku memperlihatkan bahwa Dajjal akan keluar. Beliau berkata, Dan saya membawa dua potong dahan, maka jika dia melihatku, dia akan hancur seperti timah. Rasulullah saw bersabda : Maka Allah akan membinasakannya." (HR. Ahmad : 5/289 No. 3557, Ibnu Majah : 2/1365)

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata : Dan sungguh telah berdusta secara terang-terangan bagi orang yang menduga pada saat ini bahwa dirinya mengetahui kiamat. Hal ini disebabkan dia belum puas dengan penjelasan Rasulullah saw tentang kapan terjadinya hari kiamat.

Minggu, 09 Mei 2010

Kesombongan Wanita


Keagungan itu adalah pakaian-Nya, Sombong itu adalah jubah-Nya. Tidak ada seorang pun yang berhak memakainya kecuali Dia. Apabila ingin selamat dari neraka, tanggalkanlah keduanya.

Rendah hati, lembut, tenang dalam menghadapi masalah merupakan ciri wanita yang mulia, hikmah, cinta, wibawa, damai dan kedudukan yang tinggi merupakan buah dari tawadhu. Apakah yang pantas untuk disombongkan dari diri ini, merasa paling cantik, kaya dan awet muda serta segala yang ada di dunia ini semua itu hanya sementara, merupakan titipan-Nya dan milik-Nya.

Dengan merasa lebih daripada yang lain dalam segala hal, itu tanda bahwa ingin selalu dipuji dan dihargai, itu juga berarti meremehkan orang lain, padahal belum tentu mereka lebih buruk daripada diri sendiri atau belum tentu lebih baik daripada mereka.

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak memandang pada bentuk rupamu, dan tidak pula memandang pula kekayaanmu, tetapi Allah memandang (menghargai) pada hatimu."

Dengan akhlak yang baik lebih harum daripada parfum apapun, dengan kelembutan lebih lembut daripada segumpal salju. Jagalah kecantikan itu dengan keimanan, keikhlasan dan dengan harga diri maka akan menjadi seorang muslimah mulia. Manusia tidak pantas berlaku sombong. Wanita mulia senantiasa berlaku sopan, mengalah dan menghargai setiap insan dan merendahkan dirinya dihadapan Allah swt.

Firman Allah :
"Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia (karena sombong dan merasa lebih hebat), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman : 18)

Katakan dengan tegas bahwa setiap ayat Allah adalah satu kebenaran yang mutlak.