Selasa, 16 Maret 2010

Hasad


Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata- merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain.

Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya :

  • Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah.

  • Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutnya kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada. Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapat oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati.

  • Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka, dalam ciri khas tersebut Nabi bersabda : "Barangsiapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka." (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih) Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati.

  • Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda : "Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri." (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah dari yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna.
  •  
  • Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia padahal Allah ta 'ala berfirman : "Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu." (QS. an Nisa' : 32) 
  •  
  •  Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll.

  • Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka.

    Oleh : Syaikh Muhammad bin Sholih al "Utsaimin
    Penerjemah : Ustadz Aris Munandar
    Artikel www.muslim.or.id

      Minggu, 14 Maret 2010

      Munculnya Ya'juj dan Ma"juj

       

      "Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelelaklah mata orang-orang yang kafir. (Mereka berkata), Aduhai celaka kami, sesungguhnya kami dalam keadaan lalai tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim". (QS. Al-Anbiya' : 96 - 97)

      Diantara fitnah dahsyat yang akan dihadapi oleh manusia menjelang akhir zaman adalah keluarnya Ya'juj wa Ma'juj. Tentang siapa mereka, para ulama selisih pendapat. Namun yang pasti bahwa mereka adalah keturunan Nabi Adam.

      Ya'juj dan Ma'juj adalah nama salah seorang anak dari Yafits bin Nuh. Setelah topan dan banjir besar, Allah Subhanahu Wa Ta 'alla menyelamatkan Nabi Nuh beserta kaum muslimin yang bersamanya serta tiga orang anak Nuh yaitu Sam, Yafits dan Ham. Allah melestarikan keturunan Adam dari tiga orang anak Nabi Nuh ini bukan dari yang lain. Jadi, setiap anak manusia yang hidup sejak Nabi Nuh hingga kiamat adalah keturunan dari tiga anaknya karena Allah berfirman, "Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan". (QS. Ash-Shaffat : 77)

      Dalil yang menunjukkan bahwa mereka berasal dari anak cucu Adam ialah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Sa'id Al-Khudri dari Rasulullah SAW beliau bersabda :
      "Allah berfirman, Wahai Adam ! Lalu Adam menjawab, Aku sambut panggilan-Mu ya Allah, dan dengan bahagia aku menerima perintah-Mu, segala kebaikan berada di tangan-Mu. Kemudian Ia berfirman, Keluarkanlah pasukan ahli neraka! Adam bertanya, Apakah pasukan ahli neraka itu? Allah berfirman, Dari setiap seribu orang ada sembilan ratus sembilan puluh sembilan orang. Maka ketika itu anak-anak kecil rambutnya mendadak beruban, setiap yang hamil melahirkan kandungannya, dan kamu lihat manusia mabuk padahal mereka tidak mabuk, melainkan hanya azhab Allah itu pedih. Para sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, bagaimana posisi kita kalau yang bukan pasukan neraka itu hanya satu orang diantara seribu orang? Beliau menjawab, Bergembiralah, karena diantara kamu hanya seorang sedang dari kalangan Ya'juj dan Ma'juj seribu orang. 
      (Shahih Bukhari, Kitab al-Anbiya', Bab Qishah Ya'juj wa Ma'juj, 6 : 382)

      Kisah Ya'juj dan Ma'juj diceritakan oleh Al Quran di dalam surah Al-Anbiya' dan surah Al-Kahfi. Dalam surah Al-Anbiya', ayat-ayat berbicara tentang keluarnya mereka serta cara kemunculan mereka pada akhir zaman. Sedangkan dalam surah Al-Kahfi, ayat-ayat berbicara tentang keluarnya mereka pada masa silam, yaitu tatkala mereka menyerang kaum kerabat mereka dan melakukan perusakan di muka bumi pada masa Dzulqarnain. {Dzulqarnain adalah salah satu dari empat raja yang pernah menguasai dunia dan merupakan seorang raja yang beriman kepada Allah. Jadi, dia seperti Nabi Sulaiman bin Dawud. Ayat-ayat tersebut menceritakan permintaan pertolongan yang disampaikan oleh para tetangga Ya'juj dan Ma'juj kepada Dzulqarnain agar dia menyelamatkan mereka dari kekejaman para pesuruh tersebut, yaitu dengan cara membuatkan sadd (dinding) pemisah yang akan menghalangi Ya'juj dan Ma'juj mencapai mereka. Tapi, Dzulqarnain menasehati mereka untuk membuat radm (dinding) yang lebih kuat sadd}