Jumat, 26 Februari 2010

Mengendalikan Emosi


Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal yaitu kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda "Sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela : keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah".

Dan Allah berfirman :
"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu". (QS. Al Hadid : 23)

Maka dari itulah, Rasulullah bersabda "Sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama".

Barangsiapa mampu menguasai persaaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Maka ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan karena dikarenakan keberhasilan mengalahkan nafsu.

Manusia adalah mahluk yang senang bergembira dan berbangga diri tetapi ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah dan ketika mendapatkan kebaikan, manusia sangat kikir. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara gelombang kesedihan yang keras dan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.

Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan dan meresahkan diri sendiri sebab ketika marah maka kemarahannya akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki kepada siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan, mudah lupa diri dan tidak ingat lagi siapa dirinya. Sama halnya dengan ketika ia tidak menyukai seseorang, ia cenderung menghardik dan mencelanya akibatnya seluruh kebaikan orang yang tidak ia sukai itu tampak lenyap begitu saja. Demikan pula ketika menyukai seseorang atau orang lain  maka orang  itu akan terus dipuja dan disanjung setinggi-tingginya seolah-olah tidak ada cacadnya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda "Cintailah orang yang engkau cintai sewajarnya karena siapa tahu dia akan menjadi musuhmu di lain waktu dan bencilah musuhmu itu sewajarnya karena siapa tahu dia menjadi sahabatmu di lain waktu".

Barang siapa mampu menguasai emosinya, mengendalikan akalnya dan menimbang segalanya dengan benar maka ia akan melihat kebenaran, akan tahu jalan yang lurus dan akan menemukan hakekat. Islam mengajarkan keseimbangan norma, budi pekerti dan perilaku, syariat yang diridhai dan agama yang suci.

"Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasu-rasul dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan". (QS. Al Hadid : 25)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar